Kendal — Sejumlah komunitas dan penggiat sastra di Kabupaten Kendal Jawa Tengah menggelar sayembara mencipta cerita pendek (cerpen) bertajuk Kendal Cerpen Award (KCA) 2025.
Sayembara ini akan digelar secara meriah, penyelenggara telah menyiapkan seekor kambing betina peranakan etawa bagi jawaranya.
KCA 2025 diselenggarakan secara gotong royong oleh Sangkar Arah Pustaka Kangkung, Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) Kaliwungu, Jarak Dekat Art Production Kangkung, dan Komunitas Sastra Lerengmedini (KLM) Boja.
Ketua Panitia KCA 2025, M. Lukluk Atsmara Anjaina menyampaikan, lomba ini terbuka untuk warga atau berdomisili di Kabupaten Kendal. Dibuktikan dengan mengirimkan fotokopi tanda pengenal (KTP) atau surat keterangan domisili. Sedangkan bagi pelajar dapat dibuktikan dengan Kartu Pelajar.
"Meski terbuka untuk umum bagi warga Kendal tetapi kepesertaan kami batasi maksimal usia 35 tahun. Harapannya, ini mampu menjadi sarana proses kreatif sastra bagi siapapun mulai dari anak-anak, remaja, hingga para guru," tutur Lukluk, yang juga lulusan FIB Undip Semarang ini.
Menurut Lukluk, peserta hanya boleh mengirimkan satu naskah yang belum pernah dipublikasikan dalam bentuk buku cetak, e-book, dan atau platform digital apa pun, serta tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.
Peserta mengunggah karya pada: bit.ly/KendalCerpenAward2025 atau dikirim melalui email ke: kendalwedusaward@gmail.com. Rincian mengenai maklumat ini dapat diakses pada: larungsastra.com dan sangkararahpustaka.com.
Lebih lanjut dijelaskan, tema naskah cerpen peserta dalam lomba ini merujuk/bersumber pada: lokalitas sosial-budaya di Kabupaten Kendal; legenda, sastra lisan, mitos, dan artefak Kendal; dan peristiwa sejarah, tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Kendal.
"Inti temanya, Kendal," ringkas Sekjen Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) ini.
Pihaknya menambahkan, aturan teknis lainnya, panjang naskah maksimal 2000 kata atau sekitar 11.000 karakter (termasuk spasi). Batas akhir pengiriman naskah: 30 September 2025 (cap pos atau diantar langsung).
Sementara itu, mengenai aspek penilaian, Lukluk mengatakan, penilaian meliputi: Kesesuaian tema; orisinalitas dan keaslian karya; kekuatan ide dan gagasan cerita; struktur dan teknik bercerita; serta gaya bahasa dan daya imajinasi.
"Dewan juri dalam sayembara ini terdiri dari cerpenis, kritikus sastra, dan pegiat literasi. Hasil penilaian mereka akan akan diumumkan pada Peringatan Bulan Bahasa dan Anugerah KCA 2025 pada Minggu, 26 Oktober 2025," ucapnya.
Sebagai bentuk apresiasi, menurut Lukluk, penyelenggara telah menyiapkan sejumlah hadiah.
Rinciannya:
- Juara I seekor kambing betina peranakan etawa, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.
- Juara II: seekor cempe (anak kambing), plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.
- Juara III: sepasang ayam, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.
Selain itu, juga diberikan apresiasi bagi dua naskah yang mendapat Apresiasi Dewan Juri, yakni: seekor bebek, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.
Sayembara penulisan sastra ini merupakan agenda tahunan sejak tahun 2022 yang digagas oleh beberapa komunitas dengan swadaya dan dukungan donatur yang tak mengikat.
Pada tahun 2022 digelar Kendal Novel Award dengan jawara Yozar F. Amrullah (Cepiring). Pada tahun 2023 digelar Kendal Puisi Award dengan jawara Wahyu Indah Puji Lestari (Kangkung). Serta pada tahun 2024 lalu, digelar Kendal Lakon Award dengan jawara Very Khoerul Mizan (Sukorejo).
*Kendal Novel Award 2022: Dewan Juri dan Panitia bersama Juara I Yozar F Amrullah dan pemenang lainnya.
*Kendal Puisi Award 2023: Panitia bersama Juara I: Wahyu Indah Puji Lestari (Kangkung)*Kendal Lakon Award 2024: Panitia bersama Juara I: Very Khoerul Mizan (Sukorejo).
Menguatkan Ekosistem Literasi Berbasis kearifan Lokal
Di samping itu, Setia Naka Andrian, juru kunci Sarang Lilin Art Space Kendal yang juga Sekprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPGRIS, mengatakan, sayembara ini bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi merupakan bentuk nyata ekosistem literasi berbasis kearifan lokal yang tumbuh dari semangat gotong royong komunitas.
Naka berpandangan, hadiah-hadiah yang ditawarkan justru memperlihatkan karakter lokal yang otentik dan membumi.
"Sekaligus menjadi simbol bahwa karya sastra lahir dari denyut kehidupan masyarakat," ujar penulis buku puisi Apakah Surga itu Sebuah Agama (2022) ini.
Menurut Naka, upaya kecil yang dilakukan oleh para pegiat komunitas di Kendal ini penting untuk terus didukung.
Karena dengan begitu akan tersedia lebih banyak ruang dan pilihan ajang lomba yang tidak hanya bergantung pada program-program dari pemerintah saja.
"Setidaknya, kemandirian komunitas dalam menyelenggarakan kegiatan seperti ini menunjukkan semangat literasi yang sehat, semoga terus bergulir, dan berkelanjutan,” tandasnya," pungkasnya.
Emoticon