SEBELUM mendalami pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD), saya memiliki pandangan tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas yang lebih terfokus pada aspek akademis semata. Saya cenderung melihat peserta didik sebagai penerima informasi yang harus dipenuhi dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu sesuai kurikulum yang telah ditetapkan.
Pembelajaran di kelas lebih sering difokuskan pada pemberian materi, diikuti oleh latihan dan ujian untuk mengukur pemahaman mereka. Konsep pendidikan yang lebih luas seperti pengembangan karakter dan nilai-nilai sosial seringkali ditempatkan pada posisi kedua.
Namun, setelah mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya mengalami perubahan yang signifikan. KHD menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mencakup aspek akademis, tetapi juga pengembangan spiritual dan keterampilan sosial. Penekanan pengajaran yang ada seharusnya membentuk manusia yang seimbang secara fisik, mental, dan spiritual.
Salah satu perubahan signifikan dari pemikiran saya setelah mempelajari KHD adalah pemahaman bahwa peserta didik bukanlah sekadar objek pasif dalam proses pembelajaran, tetapi sebagai subjek yang aktif dalam pembentukan diri mereka sendiri.
KHD menekankan pentingnya memahami individualitas setiap peserta didik dan mengembangkan potensi mereka secara menyeluruh. Ini berarti bahwa pendidik perlu melampaui bukan hanya transfer informasi, tetapi juga harus menjadi fasilitator pembelajaran yang membantu peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan minat, bakat, dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Dalam pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, kita menggali pengetahuan yang ada di dalam diri siswa, sekaligus pengetahuan terkait pembelajaran akar rumput (mendasar) yang menyadari identitas siswa itu penting untuk dilibatkan dalam pembelajaran. Karena dapat menguatkan identitas sekaligus memudahkan siswa dalam memahami materi karena berhubungan kehidupan siswa secara real.
Secara hemat saya menyadari bahwa untuk merefleksikan pemikiran KHD dalam kelas, saya perlu lebih memperhatikan berbagai aspek pembelajaran, termasuk aspek spiritual dan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan memperluas kurikulum untuk mencakup kegiatan yang memperkuat nilai-nilai moral, mengajarkan kepedulian sosial, dan memfasilitasi pertumbuhan spiritual peserta didik. Saya juga harus lebih memperhatikan kebutuhan individual setiap peserta didik dan memberikan dukungan yang sesuai untuk mengembangkan potensi mereka secara holistik.
Selain itu, saya juga perlu mengubah pendekatan pembelajaran saya menjadi lebih interaktif dan berpusat pada peserta didik. Ini berarti memberikan lebih banyak ruang bagi diskusi, kolaborasi, dan proyek-proyek yang memungkinkan peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kelas saya akan menjadi tempat yang memfasilitasi pembentukan manusia yang seimbang secara fisik, mental, dan spiritual, sesuai dengan visi pendidikan yang diteladankan Ki Hadjar Dewantara.
Secara keseluruhan, pemikiran Ki Hadjar Dewantara telah membuka pandangan saya terhadap makna sejati dari pendidikan dan peran pentingnya dalam membentuk manusia yang utuh.
Melalui pemahaman dan penerapan konsep-konsep yang diajarkan oleh KHD, saya percaya bahwa saya dapat menjadi pendidik yang lebih efektif dan berpengaruh dalam membantu peserta didik mencapai potensi mereka yang sesungguhnya.
Penulis: Solikhatun Khasanah
Emoticon