Doa merupakan obat yang paling banyak memberikan manfaat. Doa juga menangkal bala', cobaan, mencegah musibah serta menghilangkannya.
Doa dapat juga meringankan musibah yang datang. Doa merupakan senjata orang beriman.
Seperti diriwayatkan oleh Hakim dari Ali ibn Abi Thalib r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda:
الدُّعَاءُ صِلَاحُ الْمُؤْمِنِينَ وَعِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ
"Sesungguhnya doa itu adalah senjata bagi orang yang beriman, tiang agama, dan sinar langit dan bumi."
Hubungan doa dengan musibah yang menimpa ada tiga kategori:
1. Apabila doa lebih kuat, musibah dapat ditolak.
2. Apabila doa lebih lemah daripada musibah, seseorang akan terus dirundung musibah. Meskipun demikian, walaupun lemah, doa masih bisa sedikit meringankan.
3. Apabila sama-sama kuat, musibah dan doa akan saling menolak.
Dalam kitab al-Hakim, diriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda:
لا يُغْنِي حَذْرٌ مِنْ قَدْرِ، وَالدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلُ فَيَلْقَاهُ الدُّعَاءُ فَيَعْتَلِجَانِ إِلَّا يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Kewaspadaanmu tidak ada gunanya dalam menghadapi takdir. Doalah yang berguna untuk mengantisipasi musibah yang turun maupun yang belum turun. Sesungguhnya musibah ketika turun dihadapi oleh doa, dan keduanya bertarung hingga Hari Kiamat."
Dalam kitab yang sama, diriwayatkan pula hadis dari Ibn Umar r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda:
الدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادِ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ
"Doa itu bermanfaat bagi musibah yang telah turun dan yang belum turun. Oleh karena itu, wahai hamba Allah, kalian harus berdoa."
Dalam ktab tersebut, juga diriwayatkan hadis dari Tsaufan. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
لَا يَرُدُّ الْقَدْرَ إِلَّا الدُّعَاءَ، وَلَا يَزِيدُ فِي الْعَمَلِ إِلَّا الْبِرَّ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرِمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
"Tidak ada yang menolak takdir kecuali doa. Dan tidak ada yang menambah amal pahalanya kecuali kebaikan. Sesungguhnya seseorang tidak memperoleh rejeki mungkin karena dosa yang dilakukannya."
Manfaat Kesungguhan dalam Berdoa
Obat yang paling bermanfaat ialah doa dengan sikap yang sungguh-sungguh. Ibn Majah meriwayatkan dalam kumpulan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasulullah s.a.w. bersabda:
مَنْ لَمْ يَسْأَلُ اللَّهُ يَغْضَبُ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah murka kepadanya."
Dalam kitab al-Hakim dari hadis yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik ra, Rasulullah s.a.w. bersabda:
لا تُعْجِرُوا فِي الدُّعَاءِ فَإِنَّهُ لَا يَهْلِكُ مَعَ الدُّعَاءِ أَحَدٌ
"Janganlah kalian enggan untuk berdoa. Sesungguhnya seseorang tidak akan binasa bersama doa (saat ia berdoa)."
Auzai menceritakan dari Zuhri dari Urwah yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa."
Maksudnya, orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa dan dia tidak berhenti dari doanya itu sebelum ada ijabah 'jawaban' dari Allah, maka doanya akan terkabul.
Dalam az-Zuhd, Qutadah mengutip kata-kata Muwarraq, "Aku mendapatkan pada orang mukmin suatu contoh, yakni seorang laki-laki di tengah laut terapung di atas papan, lalu ia berdoa, 'Ya Allah. Ya Allah.' Ia berharap Allah mau meyelamatkannya. Doa seperti ini akan memperoleh jawaban dari Allah."
Kegagalan Doa
Hal-hal yang mempengaruhi gagalnya suatu doa adalah sifat tergesa-gesa dalam menanti terkabulnya doa.
Hamba yang berdoa tersebut terlalu terburu-buru. Ia merasa ijabahnya merasa lambat, atau terlalu mundur datangnya hingga membuatnya merasa cemas.
Akhirnya, ia meninggalkan doa sama sekali. Perumpamaan orang seperti ini adalah seperti seorang petani yang menanam biji-bijian. Semula, ia memberi perhatian penuh kepada tanamannya dan selalu menyiraminya.
Akan tetapi, setelah melihat hasil panennya lamban dan kurang sempurna, tidak seperti yang diharapkannya, ia meninggalkan dan mengabaikan tanamannya itu. Hasilnya tentu bukan panen yang indah, melainkan kegagalan yang fatal.
Dalam Shahih Bukhari, ada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasulullah s.a.w. bersabda:
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
"Akan dikabulkan bagi seseorang di antara kalian selama tidak tergesa-gesa, (apalagi) mengatakan, 'Aku telah berdoa namun belum juga dikabulkan.""
Dalam Shahih Muslim, disitir pula sebuah sabda:
لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ
يَسْتَعْجِلْ
"Akan tetap terkabul bagi seorang hamba selama tidak berdoa untuk perbuatan dosa atau untuk memutus sillaturrahmi, dan selama tidak tergesa-gesa."
Seorang sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa itu?"
Nabi menjawab, "Orang yang berkata, 'Aku telah berdoa, namun aku tidak melihat ijabah untukku.' Ia cemas karenanya, lalu meninggalkan doanya."
Dalam kitab hadis Imam Ahmad dari Anas, disampaikan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
لا يَزَالُ الْعَبْدُ بِخَيْرِ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهُ، وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ رَبِّي فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِي
"Seorang hamba akan selalu baik selama ia tidak tergesa-gesa dalam berdoa." Mereka bertanya, "Bagaimana seseorang tergesa-gesa?" Rasulullah menjawab, "Orang tersebut berkata, 'Aku telah berdoa kepada Tuhan, namun Dia belum menjawab (mengabulkan) doaku."
Waktu-Waktu Ijabah
Waktu-waktu ijabah adalah waktu Allah menjawab doa kita. Waktu ijabah ada enam, yaitu:
1. Sepertiga terakhir dari malam hari.
2. Waktu adzan (dikumandangkan).
3. Di antara adzan dan iqomah.
4. Selesai shalat fardhu.
5. Waktu imam naik mimbar hingga selesai shalat pada hari itu.
6. Pada jam-jam terakhir setelah shalat Ashar.
Selain waktu-waktu ijabah tersebut, harus pula diperhatikan adab dalam berdoa, yaitu:
1. Hati benar-benar merasa hadir dan bertemu dengan Sang Khaliq sehingga mampu berkonsentrasi secara khusyu'.
2. Merendahkan diri serta tunduk merunduk khusyu' ke hadirat-Nya.
3. Menghadap kiblat.
4. Harus dalam keadaan suci. Kalau bisa dalam keadaan wudhu.
5. Mengangkat tangannya kepada Allah.
6. Memulainya dengan pujian kepada Allah. Misalnya membaca "Alhamdulillah...," lalu membaca shalawat bagi Nabi.
7. Sebelum menyampaikan keinginannya, seseorang terlebih dahulu memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah, misalnya "Astaghfirullah al-'Adzim wa atûb ilaih."
8. Masuk ke hadirat Allah s.w.t. dengan sungguh-sungguh mengajukan permohonan kepada-Nya.
9. Berdoa dengan penuh harap dan takut, bertawassul kepada-Nya dengan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan mengesakan-Nya.
10. Mengeluarkan sedekah sebelum berdoa.
Sesungguhnya doa semacam itu hampir tidak ditolak, lebih-lebih dengan rencana Allah. Atau seperti yang dikatakan oleh Nabi, doa tersebut akan mendapatkan ijabah, atau doa tersebut berisi nama teragung.
Di antara doa yang berisi nama Allah teragung tersebut adalah yang terdapat pada hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Buraidah dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah mendengar seorang laki-laki berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, karena aku menyaksikan bahwa Engkau adalah Allah, yang Maha Tunggal, tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tiada seorang pun yang setara dengannya."
Mendengar doa laki-laki tersebut, Rasulullah bersabda, "Ia telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya. Bila seseorang memohon dengan memakai nama tersebut, Allah akan memberi. Kalau ia berdoa, Allah pasti mengabulkan (memberi ijabah)."
Kemudian Rasulullah mengatakan kepada laki-laki tersebut, "Engkau telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang agung."
Dalam Sunan dan Shahih karya Ibn Hibban, juga diriwayatkan oleh Anas ibn Malik, bahwa ia dan Rasulullah s.a.w. sedang duduk, lalu melihat seorang laki-laki shalat kemudian berdoa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, bahwa segala puji hanyalah bagi-Mu, tiada Tuhan selain Engakau Yang Mahamurah, Pencipta langit dan bumi. Ya Allah Pemilik keagungan dan kemuliaan, ya Allah Yang Mahahidup dan Maha Berdiri Sendiri."
Maka, Nabi pun berkomentar, "Ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung. Bila seseorang berdoa dengan nama tersebut, Allah pasti mengabulkan. Kalau diminta dengan nama tersebut, Allah pasti memberi."
Imam Ahmad mengeluarkan dua hadis dalam Musnadnya. Dalam kumpulan hadis Tirmidzi, seperti yang diriwayatkan Asma binti Yazid, Nabi bersabda bahwa nama Allah yang terbesar terdapat dalam dua ayat ini
وَإِلَهُكُمْ إِلَهُ وَاحِدٌ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمُ
"Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang." (QS. Al-Baqarah: 163).
الم . اللّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
"Alif lăm Mim, Allah, tiada tuhan selain Dia, yang Mahahidup, yang Maha Berdiri Sendiri." (QS. Ali-'Imran: 1-2).
Menurut Tirmidzi, hadis tersebut baik.
Dalam Musnad Imam Ahmad dan Shahih Hakim, Abu Hirairah, Anas ibn Malik, dan Rabi'ah ibn Amir meriwayatkan:
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Pegang teguhlah dengan bacaan, Ya Dza al-jalal wa al-ikram...."
Artinya, "Ya Allah yang memiliki keagungan dan kemuliaan."
Makna hadis tersebut, kita supaya bergantung kepada-Nya, berpegang dengan keagungan sifat-Nya, dan terus menerus membaca nama-nama-Nya.
Dalam Jami' karya Tirmidzi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, disebutkan bahwa ketika sedang risau atau mendapat suatu perkara,
Rasulullah s.a.w. mengangkat kepala ke langit. Ketika bersungguh-sungguh dalam berdoa, beliau mengucapkan, "Ya Hayyu ya Qayyum...."
Dalam kitab yang sama, hadis yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik menjelaskan, apabila turun suatu perkara yang genting, Nabi s.a.w. membaca, "Wahai Allah yang Mahahidup dan Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu-lah aku memohon pertolongan."
Dalam Shahih Hakim, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah menerangkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, "Nama Allah yang teragung tercantum dalam tiga surat al-Qur'an, yaitu al-Baqarah, Ali-Imran, dan Thaha."
Al-Qasim berkata, "Aku mencari ayat tersebut, maka aku temukan, 'Ya Hayy al-Qayyum' 'Yang Mahahidup dan Maha Berdiri Sendiri',"
Dalam Jami' Tirmidzi dan Shahih Hakim, Sa'ad ibn Abi Waqqash meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, "Doa Dzun Nun (Nabi Yunus) saat berada di perut ikan paus adalah:
لا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang teraniaya."
Sesungguhnya tiada seorang muslim pun yang berdoa kepada-Nya, kecuali Allah mengabulkannya. Menurut Tirmidzi, hadis ini hasan.
Dalam kitab Mustadrak tulisan Hakim, Sa'ad meriwayatkan bahwa, Nabi Muhammad s.a.w. bertanya, "Apakah kalian mau bila aku memberi kalian sesuatu yang dapat kalian pergunakan untuk berdoa ketika ada hal-hal yang penting yang kalian temui, dan apabila kalian berdoa dengannya Allah melapangkan kalian? Itulah doa Dzun Nun (Nabi Yunus)."
Dalam kitab tersebut, dia telah mendengar Nabi berkata, "Bagaimana bila aku tunjukkan kepada kalian nama Allah Yang Agung? Itulah doa Nabi Yunus."
Seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, adakah pada Nabi Yunus suatu kekhususan?" Nabi menjawab, "Apakah engkau belum mendengar firman Allah s.w.t. al-Anbiya':88
Dalam Shahihain, Ibn Abbas menyampaikan, ketika berada dalam keadaan sulit, Rasulullah s.a.w. berdoa:
لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
"Tiada Tuhan selain Allah Yang Mahaagung lagi Penyabar, tiada tuhan selain Allah, Tuhan Pemilik Singgasana yang agung, tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Pemelihara langit dan bumi, dan Tuhan pemilik Arasy yang mulia."
Dalam Musnad Imam Ahmad dari hadis yang diriwayatkan oleh Ali ibn Abu Thalib r.a. disebutkan:
"Rasulullah s.a.w. mengajariku. Apabila muncul keadaan sulit pada diriku, aku disarankan agar berdoa, "Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Penyabar lagi Mulia. Mahasuci Allah, Sucilah Allah Tuhan Pemilik Singgasana yang agung, dan segala puji bagi Allah. Tuhan Pemelihara alam semesta."
Dalam Musnad tersebut dicantumkan pula hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Mas'ud. Ia mengatakan bahwa Nabi bersabda, "Tidak akan menimpa pada seseorang suatu keresahan atau kesedihan bila ia membaca:
َّاللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِي حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
'Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu perempuan dan hamba-Mu laki-laki, kehormatanku ada di tangan-Mu. Apa yang berlaku kepadaku adalah hukum-Mu. Seimbangkanlah semua ketetapan-Mu kepadaku. Ya Allah, hamba meminta kepada-Mu dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengan nama tersebut. Nama yang Engkau ajarkan kepada makhluk-Mu. Yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu. Yang Engkau istimewakan dengannya dalam ilmu ghaib di sisi-Mu. Hamba mohon agar al-Qur'an menjadi penyejuk yang agung dalam kalbuku dan cahaya di dadaku, serta penawar kesedihanku, penghilang keresahanku.'"
Artinya, barangsiapa yang membaca doa tersebut, kata Nabi, Allah akan menghilangkan keresahan dan kesedihannya, dan menggantinya dengan kesenangan.
Ditanyakanlah kepada beliau, "Ya Rasulullah, apa tidak sebaiknya kami mempelajarinya?"
Beliau menjawab, "Tentu. Sebaiknya orang yang mengetahui doa tersebut mempelajarinya."
Berkatalah Ibn Mas'ud, "Tiadalah seorang nabi di antara nabi-nabi, ketika ditimpa suatu kesukaran, kecuali ia memohon pertolongan dengan membaca tasbih (Subhanallah)."
Ibn Abi Dunia menyebutkan dalam Mujâbîn, doa dari Hasan. Ada seorang laki-laki sahabat Nabi s.a.w. dari kaum Anshor yang mempunyai panggilan Abu Muallaq.
Ia adalah seorang pedagang yang berdagang dengan uangnya sendiri dan uang orang lain. Laki-laki itu berkeliling ke mana-mana. Disamping itu, ia seorang yang tekun beribadah, seorang pertapa, jauh dari berbagai hal yang berbau haram.
Pada suatu hari, pedagang itu pergi. Di tengah jalan, ia dihadang oleh seorang rampok yang bersenjata tajam. Perampok itu membentak, "Letakkan apa yang engkau bawa. Aku akan membunuhmu!"
Pedagang itu pun menjawab, "Apakah yang engkau inginkan dari kematianku? Kalau harta, ambillah harta tersebut."
Namun perampok itu menggertak, "Hartamu itu untukku, dan aku tidak menginginkan apa-apa kecuali darahmu!"
Si pedagang balik menjawab, "Kalau engkau menolak, biarkanlah aku bershalat empat rakaat sebentar."
Penjahat itu menyetujui, "Shalatlah sesukamu!"
Pedagang itu pun mengambil air wudhu lalu bershalat empat rakaat. Dalam sujudnya yang terakhir ia berdoa:
"Ya Allah, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ya Allah yang memiliki mahligai nan mulia. Wahai Yang bisa berbuat apa saja yang dikehendakinya, aku memohon kepada-Mu atas kemuliaan-Mu yang tiada bisa dipisahkan, dengan kerajaan-Mu yang tidak bisa dikurangi, dan dengan cahaya-Mu yang memenuhi segala singgasana-Mu. Lindungilah aku dari bahaya perampok ini. Ya Allah yang Maha Penolong, tolonglah hamba."
Doa tesebut dibacanya tiga kali. Tiba-tiba ada seorang penunggang kuda datang. Di tangannya ada sebuah senjata yang telah diletakkan di antara dua telinga kuda tersebut.
Ia melihat perampok tersebut dan menusuknya hingga mati. Lalu, penunggang itu mendatangi si pedagang seraya berkata, "Bangunlah!" Si pedagang itu bertanya kepada si penunggang kuda, "Siapakah Anda?" Penunggang kuda itu menjelaskan,
"Aku adalah malaikat penghuni langit keempat. Engkau telah berdoa dengan doamu yang pertama dan aku mendengar suara di pintu-pintu langit. Lalu engkau berdoa untuk kedua kalinya, maka aku mendengar derap langkah penghuni langit. Lalu engkau berdoa ketiga kalinya, maka dikatakan kepadaku, 'Doa itu dari orang yang ada dalam keadaan bahaya. Aku meminta kepada Allah agar mengutusku membunuh perampok itu."
Berkatalah Hasan, "Maka, orang yang berwudhu dan bershalat empat rakaat, dan berdoa dengan doa tersebut, pasti akan dikabulkan doanya, baik ia dalam keadaan sengsara ataupun tidak."
Doa dan Obat saja Tidak Cukup
Banyak Anda dapati doa suatu kaum yang dikabulkan oleh Allah s.w.t. Terkabulnya doa tersebut tidak hanya ditinjau dari lafalnya saja.
Terkabulnya suatu doa harus dilihat konteksnya secara luas. Mungkin doa tersebut berkait dengan keperluan penting dari orang yang berdoa, disertai dengan niat yang sungguh-sungguh di hadirat Allah dan didukung pula oleh segala amal kebajikan.
Disamping itu, doa tersebut disampaikan bertepatan dengan saat-saat ijabah. Sehingga dengan keseluruhan konteks pendukung tersebut, Allah mengabulkan doa sebagai tanda terima kasih atas segala amal baik orang tersebut.
Banyak orang mengira bahwa rahasia terkabulnya suatu doa terletak pada lafal yang diucapkannya, sehingga ia mengucapkan lafal doa tersebut tanpa memperhatikan konteks-konteks pendukungnya seperti yang telah disebutkan di atas.
Hal seperti ini ibarat mempergunakan obat yang berguna pada waktu yang telah ditentukan pemakainya. Apabila ketentuan ini dipatuhi, ia akan mendapatkan manfaatnya.
Apabila Anda mengira bahwa dengan cukup memakai obat tersebut tanpa memperhatikan aturan-aturan pemakaiannya, Anda telah merasa pasti akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Ini jelas salah. Namun kenyataannya, asumsi semacam inilah yang sering muncul.
Contoh lain, ada orang menganggap bahwa suatu doa untuk kepentingan yang mendesak akan terkabul apabila dilakukan di depan kuburan.
Orang-orang yang bodoh mengira bahwa rahasia terkabulnya doa itu terlatak pada kuburan. Ia tidak mengetahui bahwa rahasia terkabulnya doa itu terletak pada keadaan yang mendesak atau darurat, dan bersandarnya orang yang berdoa itu kepada Allah semata.
Kalau dilakukan di rumah Allah, yaitu masjid, itu lebih afdhal dan lebih disukai oleh Allah.
Secara ringkas dapat dikemukakan, suatu doa dikabulkan kemungkinan besar karena:
1. Keadaan yang sangat penting atau darurat.
2. Didahului dengan perbuatan baik, seperti sedekah.
3. Dilakukan pada saat-saat yang tepat, yaitu waktu-waktu ijabah (yang Allah berkenan menyambut doa kita).
4. Bersandar benar-benar kepada Allah.
Syarat-syarat Doa Mustajab
Doa serta permohonan perlindungan kepada Allah s.w.t. adalah senjata. Kekuatan senjata tidak semata-mata terletak pada tajamnya, melainkan juga pada pemakainya.
Apabila sangat tajam dan digunakan oleh tangan yang kuat, sudah pasti tanpa penghalang, senjata itu akan secara ampuh menghancurkan musuh. Apabila salah satu syarat tersebut hilang, hilang pulalah pengaruhnya.
Demikian pula dalam masalah doa. Bila doa itu sendiri kurang baik atau yang berdoa juga tidak berkonsentrasi, baik hati maupun lidah yang mengucapkannya, atau karena hambatan lain, maka doa tersebut tidak akan membekas sama sekali dan orang tersebut tidak mendapatkan apa-apa.
Wallahu A'lam Bishawab..
*Materi ditulis dari dan berdasarkan buku Terapi Penyakit Hati
Ibnul Qoyyim al-Jauzi

Posted by 
Emoticon